Sebagai seorang agent of change di jurusan yang saya tekuni, kesehatan masyarakat, saya memiliki ketertarikan yang mendalam untuk menggali informasi tentang sistem informasi kesehatan yang terintegrasi di Indonesia.
Salah satu sorotan mata saya tertuju pada puskesmas – puskesmas yang ada dilingkup kampus tempat saya menimba ilmu.
Terlebih mengingat data dari Kementerian Kesehatan yang menunjukkan bahwa, hanya 30% fasilitas kesehatan di Indonesia yang telah mengimplementasikan sistem informasi kesehatan secara optimal (Kemenkes RI, 2022). Kondisi ini menjadi tantangan besar dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan efisiensi pengelolaan data pasien.
Dengan latar belakang tersebut, saya tertarik untuk menggali lebih dalam tentang penerapan sistem informasi kesehatan terintegrasi di fasilitas kesehatan yang telah mengadopsinya, dengan harapan dapat memberikan wawasan berharga bagi pembaca tentang pentingnya transformasi digital di bidang kesehatan.
Halo!! Perkenalkan saya Azizah salah satu Mahasiswi asal Solok, Sumatera Barat yang kini Tengah menempuh Pendidikan di Universitas Teuku Umar.
Puskesmas Johan Pahlawan merupakan salah satu puskemas yang berada di Aceh Barat.
Melalui wawancara yang saya lakukan pada tanggal 28 Mei 2024, saya menemukan bahwa secara garis besar, sistem informasi kesehatan di puskesmas ini sudah berjalan dengan baik.
Kesan baik saya terhadap Puskesmas Johan Pahlawan adalah saat kedatangan, saya disambut dengan hangat oleh petugas dan tenaga kesehatan. Akses untuk menggali dan mendapatkan informasi juga mudah, ditambah dengan pelayanan yang ramah.
Kondisi lingkungan sekitar puskesmas juga bersih dan wangi, memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Namun, tidak semua puskesmas di Kabupaten Aceh Barat memiliki sistem informasi kesehatan yang sebaik di Puskesmas Johan Pahlawan.
Berdasarkan galian informasi dari beberpa narasumber terkait sistem informasi Kesehatan yang di implementasikan di puskesmas johan pahlawan tersebut terdapat beberapa kendala yang perlu segera diatasi di Puskesmas Johan Pahlawan, yaitu minimnya pelatihan bagi petugas mengenai aplikasi-aplikasi sistem informasi kesehatan yang baru. Mereka hanya menunggu instruksi dari pihak atasan, padahal pelatihan yang efektif dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Aceh Barat.
“Kami hanya menunggu intruksi dari pimpinan saja, jika ada informasi pelatihan terkait pengaplikasian aplikasi ini maka kami siap menghadiri kegiatan tersebut. Namun, sayangnya informasi ini tidak menentu” ujar salah satu tenaga Kesehatan.
Selain itu, terdapat juga permasalahan terkait kelalaian petugas dalam mengimput data tepat waktu ke dalam aplikasi-aplikasi tersebut, serta kebingungan petugas dalam memahami alur imput data karena banyaknya aplikasi yang harus dikelola.
Hal ini tentunya berdampak pada keterlambatan pelaporan data ke pihak Dinas Kesehatan.
Namun dibalik belum teringrasinya Sistem Informasi Kesehatan yang di implementasikan pada puskesmas Johan Pahlawan tesebut masih terdapat pengimplementasian sistem yang terukur.
Hal ini terlihat dari adanya penanggung jawab yang jelas untuk setiap aplikasi yang digunakan, seperti SKDR, ASIK, SISMA, SMILE, SIMPLUS, SIHEPI, dan RME. Pengelolaan sistem-sistem ini terbilang efektif, sehingga menjadikan puskesmas tersebut sebagai contoh baik dalam penerapan teknologi informasi di bidang Kesehatan dibandingkan puskesmas lainnya.
Alternatif solusi yang dapat diterapkan adalah melaksanakan pelatihan berkala bagi petugas puskesmas, baik dari segi teknis penggunaan aplikasi maupun pemahaman akan pentingnya sistem informasi kesehatan.
Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat dapat bekerja sama dengan pihak akademisi, seperti universitas, untuk mengembangkan modul pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan.
Selain itu, pemberian insentif bagi petugas yang berprestasi dalam pengelolaan sistem informasi kesehatan juga dapat menjadi motivasi bagi peningkatan kapasitas sumber daya manusia di puskesmas.
Melalui tulisan ini, saya berharap dapat menginspirasi pihak terkait untuk memberikan perhatian yang lebih pada aspek pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia di puskesmas tersebut, terkhusus semua puskemas yang ada di wilayah Aceh Barat, mengingat dan menimbang mirisnya Sistem Informasi Kesehatan yang belum Optimal dan pelayanan tenaga Kesehatan yang terbilang buruk.
Besar harapan saya agar sistem informasi Kesehatan yang ada di wilayah Aceh Barat bisa diimplementasikan dengan optimal dan semoga dengan adanya tulisan ini, Masyarakat bisa melek informasi dan menyadari akan pentingnya sistem informasi kesehatan guna mendukung Indonesia Sehat 2045.
Penulis
Nur Hazizah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Angkatan 22
Asal Solok, Sumatera Barat