Pilkada, sebagai salah satu momen penting dalam sistem demokrasi kita, seharusnya menjadi ajang yang tidak hanya merayakan pilihan, tetapi juga mencerminkan kedewasaan masyarakat dalam berpolitik.
Di tengah semaraknya pemilihan kepala daerah, terutama di provinsi Aceh yang akan dilaksanakan secara serentak, kita diingatkan untuk tidak latah dalam meramaikan suasana.
Ratno Sugito, pendiri Literasi Visual, menekankan pentingnya kecerdasan masyarakat dalam menyikapi situasi ini. Dalam era digital, jejak digital kita tak akan pernah hilang. Komentar yang kita buat di media sosial bisa saja menjadi boomerang di masa depan.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tidak hanya berkomentar berdasarkan emosi atau informasi yang tidak terverifikasi.
Informasi yang beredar di media sosial sering kali tidak akurat atau bahkan menyesatkan. Masyarakat perlu lebih kritis dan mawas diri dalam menyaring informasi.
Sebagai pemilih yang cerdas, kita harus bisa membedakan antara fakta dan opini, antara berita yang valid dan hoaks.
Kita tidak boleh terbawa arus untuk ikut berkomentar tanpa memahami substansi dari informasi yang kita terima. Setiap kata yang kita tulis memiliki dampak.
Mari kita gunakan platform digital dengan bijak, menyebarkan informasi yang konstruktif, dan mendukung calon pemimpin yang benar-benar memiliki visi dan misi yang jelas untuk masyarakat.
Akhirnya, pilkada bukan hanya tentang memilih pemimpin, tetapi juga tentang bagaimana kita berpartisipasi dalam proses demokrasi yang sehat.
Mari kita tunjukkan bahwa kita adalah masyarakat yang cerdas dan bertanggung jawab dalam setiap langkah yang kita ambil. Dengan begitu, kita dapat membangun Aceh dan Indonesia yang lebih baik.